FAKTOR INTERNAL
Factor-faktor yang
menyebabkan timbulnya perilaku bermasalah meliputi:
1. Penetapan tujuan
akhir yang terlalu tinggi.
2. Hidup di dunia
mereka sendiri.
3. Memiliki gaya
hidup yang kaku dan dogmatis.
Hal tersebut
merupakan konsekuensi dari kurangnya kepedulian terhadap kehidupan social.
Manusia gagal dalam hidupnya karena mereka terlalu sibuk dengan dirinya sendiri
dan kurang memperhatikan orang lain.
FAKTOR EKSTERNAL
Menurut Adler, ada
tiga hal yang membuat individu memiliki perilaku yang bermasalah, antara lain:
1. Kelemahan fisik
yang dibesar-besarkan.
Kelemahan fisik atau
cacat fisik baik yang merupakan bawaan sejak lahir maupan yang merupakan hasil
kecelakaan dapat mengundang perilaku yang bermasalah. Setiap manusia dilahirkan ke dunia pastinya
memiliki kelemahan-kelemahan fisik tertentu, dan kelemahan fisik ini selalu
mengarah kepada perasaan inferioritas. Manusia yang terlalu membesar-besarkan
kelemahan fisiknya terkadang mengembangkan perasaan inferioritasnya secara
berlebihan karena ingin mengkompensasikan perasaan ketidaktepatan mereka.
Mereka cenderung sibuk memperhatikan dirinya sendiri dan kurang memperhatikan
orang lain. Mereka merasa seolah-olah mereka hidup di negeri musuh, rasa takut
telah mengalahkan hasratnya dalam mencapai suatu keberhasilan, dan mereka juga
yakin bahwa permasalahan dapat diselesaikan dengan cara egoistic.
2. Gaya hidup yang manja.
Orang-orang yang
manja memiliki kepedulian social yang lemah, namun hasrat untuk mengulangi
kemanjaannya sangat tinggi. Mereka hidup bergantung kepada orang lain, selalu
mengharapkan bantuan dan perhatian dari orang lain, membutuhkan orang lain
untuk melindungi dan memenuhi kebutuhan mereka. Mereka digambarkan sebagai
seorang pengecut, sensitive, beremosi tinggi, tidak sabaran, mereka melihat
dunia dari kacamata pribadi mereka, mereka harus menjadi yang pertama dalam
segala hal.
b3. Gaya hidup yang tertolak.
Anak-anak
yang merasa tidak dicintai dan tidak diinginkan cenderung menciptakan gaya
hidup yang tertolak. Anak-anak yang
merasa teraniaya dan tidak diperlakukan dengan tidak benar mengembangkan
sedikit kepedulian social dan cenderung mengembangkan perilaku tertolak. Mereka memiliki sedikit rasa percaya diri dan
menafsirkan permasalahan hidup yang utama sebagai suatu kesulitan yang
berlebihan, mereka tidak mempercayai
orang lain. Anak-anak seperti ini cenderung memiliki rasa curiga yang cukup
besar.
Dalam Psikologi Kepribadian (Drs. Agus sujanto, Drs. Halem Lubis, Drs.
Taufik Hadi : 2006, Hal 72) pokok-pokok Teori Adler :
·
Individualita sebagai pokok persoalan
Adler menekankan pada
pentingnya sifat khas (unit) daripada kepribadian, individu, kebulatan dan
sifat khas pribadi manusia. Tiap Orang
adalah suatu konfigurasi motif, sifat, dan nilai yang khas, tiap tindak yang
dilakukan oleh seseorang membaba corak khas gaya hidupnya yang bersifat
individual.
·
Pandangan teleologis : Finalisme semu
Pandangan Adler di
pengaruhi oleh Hans Vaihinger dalam bukunya yang berjudul Die Philosiphie
des Als-Ob (1911) yang berbunyi manusia hidup dengan berbagai macam
cita-cita atau pikiran yang semata-mata bersifat semu, yang tidak ada buktinya
dalam realita. Misalnya gambaran mengenai “semua manusia di takdirkan sama”,
“kejujuran adalah politik yang paling baik”. Gambaran semu tersebut merupakan
pangkal duga penolong yang ketika sudah tidak ada gunanya lagi dapat dibuang.
Adler mengambil
filsafat positivisme idealis yang bersifat pragmatis itu dan disesuaikan dengan
pendapatnya. Dalam filsafat Hans Vaihinger itu Adler menemukan pengganti
determinisme historis Freud yang menekankan faktor konstitusional dan
pengalaman di masa kanak-kanak. Menurut Adler, manusia lebih didorong oleh
harapan-harapannya terhadap masa depan daripada masa lampaunya. Tujuan itu
tidak ada di masa depan, melainkan sebagai bagian keinginan atau cita-cita yang
mempengaruhi tingkah laku ke masa ini. Jadi segala aktivitas proses psikis di
tentukan oleh motif-motif tertentu, juga bilamana motif ini tak disadari oleh
orang yang bersangkutan. Tiap orang mempunyai leitleni yaitu suatu
rancangan hidup rahasia yang tidak di sadari yang diperjuangkanya terhadap
segala rintangan. Tujuan yang ingin dikejar manusia itu, mungkin berbentuk
fiksi, yaitu cita-cita yang tidak mungkin direalisasikan namun merupakan suatu
dorongan nyata bagi usaha manusia dn merupakan sumber keterangan bagi tingkah
lakunya. Menurut Adler orang normal itu dapat membebaskan diri dari fiksi ini
sedangkan orang yang neurotis tidak.
·
Dua Dorongan pokok
◦ Dorongan
kemasyarakatan : bertindak
mengabdi pada masyarakat
◦ Dorongan keakuan : bertindak mengabdi
pada aku sendiri
Dorongan akuan
disebut juga dorongan agresif yang merupakan dorongan yang lebih penting
daripada dorongan seksual. Nafsu agresif diganti dengan keinginan berkuasa,
lalu diganti lagi dengan dorongan untuk superior, dorongan untuk berharga,
untuk lebih sempurna. Superioritas ini merupakan pengalaman yang lebih
berharga. Dorongan superioritas ini membawa pribadi dari satu fase ke fase
lainnya yang menjelma menjadi berbagai bentuk atau cara. Dorongan superioritas
ini sangat erat hubungannya dengan masalah rendah diri.
·
Rasa rendah diri dan kompensasi
Adler menaruh
perhatian dalam fungsi jasmani yang kurang sempurna, yang dirumuskannya dalam Organ
Minderwertigheit und ihre Psychische Kompensationen (1912). Awalnya ia menyelidiki mengapa apabila ada orang yang
sakit itu menderita pada daerah-daerah tertentu pada tubuhnya. Misal : ada
orang sakit jantung, sakit paru-paru, dan sakit punggung. Jawab Adler adalah
pada daerah tersebut terdapat kekurang sempurnaan atau Minderwertigheit
(Inveriority) baik karena dasar maupun karena kelainan dalam
perkembangannya. Orang yang punya kekurang sempurnaan pada organ itu berusaha
mengkompensasikan dengan jalan memperkuat organ tersebut dengan latihan
intensif. Contoh : Demosthenenes yang pada masa kanak-kanaknya menganggap,
tetapi karena latihan-latihan akhirnya menjadi orator paling ternama. Lalu
Adler menerbitkan monograf tentang winder wertigkeit von organen tentang
rasa rendah diri itu yang menyatakan inferiorita itu dengan “kebetinaan” dan
kompensasinya disebut “protes kejantanan” .
Menurut Adler rasa
rendah diri bukan tanda tidak normal tapi merupakan pendorong untuk segala
kebaikan dalam hidup manusia. Adler
bukan seorang hedonist kendati rasa rendah diri itu membawa penderitaan, tetapi
dengan hilangnya rasa rendah diri tidak berarti datangnya kenikmatan. Bagi
Adler, tujuan manusia bukan mendapatkan suatu kenikmatan, melainkan mencapai
suatu kesempurnaan.
·
Dorongan kemasyarakatan
Pada awalnya Adler
hanya mementingkan dorongan keakuan, masalah rendah diri dan usaha menjadi
superior. Karna itu dia mendapatkan banyak kecaman. Karena itu dia, yang juga
menjadi pendukung demokrasi kemuadian mengembangkan pendapatnya yang mencakup
dorongan kemasyarakatan yang bentuk kongkritnya berwujud seperti koperasi,
hubungan sosial, hubungan antar pribadi , mengikatkan diri dengan kelompok, dan
sebagainya. Secara teori, dorongan kemasyarakatan merupakan dorongan yang
membantu masyarakat mencapai tujuan masyarakat yang sempurna. Dorongan ini
merupakan dasar yang dibawa sejak lahir hingga akhirnya manusia disebut makhluk
sosial, walaupun dibawa sejak lahir namun kemungkinan mengabdi kepada
masyarakat itu tidak nampak secara spontan, melainkan dengan bimbingan dan pelatihan.
Dengan pendiriannya yang berdasarkan “paedagogisch optimisme” sehingga ia dapat
menyediakan banyak waktu untuk mendirikan klinik bimbingan bagi kanak-kanak,
memperbaiki sekolah, dan memberi petunjuk kepada orang tua mengenai cara-cara
yang baik dalam mengasuh dan mendidik anak-anak.